PENYANGKALAN DIRI

Posted by Selamat Datang di GBI Kudus on

”Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24)
Penyangkalan diri merupakan suatu hal yang sering dibicarakan oleh Tuhan Yesus. Beberapa kali Ia menyebutkan hal itu sebagai ciri mutlak yang harus ada pada setiap murid Kristus yang sungguh-sungguh. Ia menghubungkan penyangkalan diri itu dengan hal memikul salib, dan kehilangan nyawa. ”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10:38-39). Kehidupan kita yang lama sangat berdosa dan sampai ke akhirnya tetap demikian, sehingga tidak mungkin mendatangkan kebaikan. Oleh karena itu kita harus menyangkalnya dan mematikannya agar kehidupan yang baru itu, kehidupan dari Allah, dapat menguasai kita dengan leluasa. ”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6). Biarlah sejak semula orang Kristen bertekad untuk sepenuhnya menyangkal diri sesuai dengan perintah Tuhannya. Dipandang dari luar, hal ini seakan-akan keras sekali, tetapi ia akan mendapati bahwa hal itu merupakan sumber berkat yang tidak terlukiskan.
Biarlah kita yang masih bersifat duniawi ini mengerti akan arti peyangkalan diri. Pada waktu Petrus bercakap-cakap menurut pikiran pengertian duniawi, Tuhan menegur dia: ”Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23) Saudara harus menyangkal diri saudara sendiri dan pikiran saudara. Kita harus berhati-hati agar dalam usaha untuk mengetahui kehendak Allah dalam pengertian kita akan Firman Allah dan doa, kita tidak menipu diri dengan suatu pelayanan kepada Allah yang tidak berada dalam roh dan kebenaran. Sangkallah pikiran saudara yang bersifat duniawi; matikanlah pengertian yang demikian itu. Di dalam ketenangan yang suci berilah tempat pada Roh Kudus; biarlah suara Allah terdengar dalam hati saudara.
Sangkallah kehendak diri saudara sendiri dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Hendaklah saudara meyakinkan diri bahwa dalam segala hal saudara memilih kehendak Allah, dan oleh karena itu setiap keinginan yang tidak sesuai dengan kehendakNya harus dipadamkan. Percayalah bahwa dalam kehendak Allah itu terdapat berkat surgawi. Penyangkalan itu pada mulanya memang terasa berat, tetapi apabila saudara melaksanakannya dengan kesungguhan hati, maka kehendak Allah itu menjadi suatu sukacita yang besar. Biarlah tubuh kita dengan segenap kehidupan kita tetap berada di bawah hukum penyangkalan diri itu. ”Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Roma 6:13)
Sangkallah juga kehormatan bagi diri sendiri. Jangan mencari kehormatan bagi diri sendiri, tetapi carilah kehormatan bagi Allah. Hal ini akan sangat menenangkan jiwa saudara. Yesus mengatakan, ”Bagaimana kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain?” Meskipun kehormatan saudara dicela atau dihina, serahkanlah hal itu kepada Allah agar Dia sendiri yang mempedulikannya. Hendaklah saudara merasa puas dengan hanya menjadi orang kecil yang tidak berarti apa-apa. ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3)
Demikian juga, sangkallah kekuatan saudara sendiri. Yakinlah bahwa orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak berarti apa-apa itulah yang dipakai Allah. Di dalam melayani Allah biarlah saudara merasa takut akan usaha diri saudara sendiri, betapapun tulusnya usaha tersebut. Walaupun saudara merasa seakan-akan saudara mempunyai kekuatan, di hadapan Allah katakanlah bahwa saudara tidak memilikinya, bahwa kekuatan saudara itu tidak berarti apa-apa. Terus-menerus menyangkali kekuatan diri sendiri merupakan jalan untuk mengalami kuasa Allah. Di dalam hati yang sudah mati terhadap kekuatan diri sendirilah, Roh Kudus tinggal dan menyatakan kuasa Allah. ”Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” (II Korintus 3:5)
Terutama sekali sangkallah kepentingan diri saudara sendiri. Janganlah hidup untuk menyenangkan diri sendiri, tetapi hiduplah bagi orang lain. Orang yang mencari kehidupan bagi dirinya sendiri, akan kehilangan kehidupan itu; orang yang ingin hidup bagi dirinya sendiri tidak akan mendapatkan kehidupan itu. Tetapi orang yang benar-benar ingin meniru Yesus, ikut serta di dalam kesukaanNya, biarlah ia menyerahkan kehidupannya seperti Yesus. Biarlah ia mengorbankan kepentingan dirinya sendiri. ”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.” (Roma 15:1-2)
Saudara harus memilih, siapa yang akan saudara taati – diri saudara sendiri ataukah Kristus. Kemudian saudara mengatakan, ”Bukan aku, tetapi Kristus.” Sekarang saudara harus meneguhkan pilihan itu setiap hari. Makin saudara melakukanya, makin banyak sukacita dan berkat yang diberikan kepada saudara untuk melawan keakuan saudara sendiri yang penuh dosa itu untuk menyisihkan pekerjaan diri sendiri yang tidak suci, dan menjadikan Yesus semuanya bagi saudara. Jalan penyangkalan diri merupakan jalan menuju berkat sorgawi yang berkelimpahan.
Banyak orang Kristen tidak mendapatkan apa-apa pada jalan ini. Mereka menerima Yesus agar membebaskan mereka dari hukuman, tetapi tidak menerima Dia untuk melepaskan mereka dari diri mereka sendiri, dari kehendak diri mereka sendiri. Tetapi ajakan untuk menjadi murid masih tetap berdengung:”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24)
Alasan dan juga kuasa untuk penyangkalan diri itu terdapat dalam satu kata pendek AKU. ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya...dan mengikut Aku,” Kehidupan yang lama itu terdapat dalam diri kita sendiri, kehidupan yang baru ada di dalam Yesus. Kehidupan yang baru itu tidak dapat berkuasa jika kehidupan yang lama belum lenyap. Jika keakuan seseorang masih berkuasa, maka belum ada kuasa. Kehidupan yang baru akan mengalah. Oleh karena itu sepanjang hari kita harus menyangkal diri dan meniru teladan Yesus. Ia, dengan ajaranNya, kehendakNya, kehormatanNya, dan minatNya harus memenuhi hati kita. Tetapi orang yang sudah memiliki dan mengenal Dia akan bersedia menyangkal dirinya sendiri; Kristus itu begitu indah baginya sehingga ia mengorbankan segala sesuatu, bahkan dirinya sendiri supaya dapat memperoleh Dia. ”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Filipi 3:7-8)
Inilah kehidupan iman yang sebenarnya. Saya tidak hidup menurut apa yang dilihat atau dianggap baik oleh dunia, tetapi menurut apa yang dikatakan dan diinginkan oleh Yesus. Setiap hari dan setiap saya meneguhkan tawaran yang indah ini: ”Bukan aku, tetapi Kristus” – saya ini bukan apa-apa, Kristus yang menjadi semuanya. ”Kamu sudah mati,” dan tidak lagi mempunyai kuasa, atau kehendak, atau kehormatan: ”Kehidupanmu tersembunyi dengan Kristus dalam Allah.” (Kolose 3:3). Hanya kuasa dan kehendak Kristus saja yang terlihat. Saudara-saudara, dengan senang hati sangkallah keakuan diri saudara sendiri yang jahat dan penuh dosa, agar kemuliaan Kristus dapat tinggal di dalam saudara.
More aboutPENYANGKALAN DIRI

KUASA FIRMAN ALLAH

Posted by Selamat Datang di GBI Kudus on

”Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17)
”Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” (Yakobus 1:21)
”Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi – dan memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.” (I Tesalonika 2:13)
” Sebab firman Allah hidup dan kuat” (Ibrani 4:12)

Hidup baru seorang anak Allah sangat bergantung pada penggunaan Firman Allah dengan cara yang benar.
Orang Kristen harus menyadari bahwa ia dapat menerima dan melaksanakan segala sesuatu hanya melalui iman. Ia harus percaya; bahwa Allah akan menggenapi apa yang dijanjikan. Setiap pagi ia harus mempercayai Yesus dan hidup baru yang diberikan di dalam Yesus akan bekerja di dalam dirinya; Yesus akan mengatur agar hidup baru itu bekerja di dalam dia.
Tetapi mungkin saja ia melakukan kesalahan lain. Ia mengira bahwa iman yang menghasilkan hal yang sedemikian besar itu harus merupakan iman yang besar, dan untuk dapat mempraktekkan iman yang sebesar itu ia memerlukan kuasa yang besar. Dan oleh karena ia tidak dapat merasakan kuasa ini, dianggapnya bahwa ia tidak percaya sebagaimana mestinya. Kesalahan ini dapat menyesatkan dia seumur hidupnya.
Ketahuilah, betapa kelirunya anggapan semacam itu. Tuhan Yesus berkata: ”Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17:6). Janganlah saudara menggunakan iman yang berkuasa itu untuk membuat agar FirmanNya digenapi, tetapi Firman itulah yang mendatangkan dan memberi saudara iman yang harus saudara miliki. ”Firman itu hidup dan kuat.” (Ibrani 4:12). Firman itu menimbulkan iman di dalam saudara. Alkitab mengatakan, ”Iman itu timbul oleh Firman.” (Roma 10:17)
Firman itu menunjukkan kuasa Allah yang hidup; Firman itu tumbuh dan berakar. Seperti benih yang ditanam di dalam tanah mengeluarkan akar dan menembus makin dalam ke tanah, demikianlah Firman itu menembus ke dalam hati kita. Dengan demikian Firman itu menimbulkan iman yang benar, iman yang menyelamatkan.
Saudara-saudara seiman di dalam Kristus, ketahuilah bahwa Firman itu hidup dan kuat. Melalui Firman itu saudara dilahirkan kembali. ”Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.” (I Petrus 1:23). Firman itu menimbulkan iman di dalam saudara; melalui Firman itu timbullah iman. Terimalah Firman itu dengan keyakinan bahwa Firman itu akan bekerja di dalam saudara. Usahakanlah agar saudara dipenuhi dengan Firman itu dan sediakanlah waktu untuk menyelidiki Firman itu. Di dalam Firman itu sendiri terdapat suatu kehidupan ilahi; taruhlah Firman itu di dalam hati sanubari saudara, maka iman itu akan mendatangkan kehidupan di dalam saudara. Firman itu akan menghasilkan suatu iman yang kuat di dalam saudara, iman yang dapat mengerjakan segala sesuatu. ”Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:11)
Bertekadlah untuk tidak mengatakan, ”Saya tidak dapat percaya.” Saudara dapat percaya!. Roh Allah sudah ada di dalam saudara. Orang duniawi sekalipun dapat mengatakan, ”Firman Allah ini pasti benar.” Dan apabila ia dengan hati yang rindu mengatakan, ”Itu memang benar; saya percaya,” Roh yang hidup membuat Firman itu menjadi hidup dan kuat, menimbulkan iman yang hidup itu. Di samping itu, Roh itu tidak hanya terdapat di dalam Firman Allah saja, tetapi juga di dalam saudara. Meskipun saudara tidak merasakan bahwa saudara percaya, ketahuilah bahwa saudara dapat percaya. Mulailah dengan sungguh-sungguh menerima Firman itu; maka Firman itu akan menimbulkan iman yang berkuasa di dalam saudara. Percayalah bahwa Firman Allah benar-benar dapat dipercaya dan Firman itu sendiri menimbulkan iman di dalam saudara.
Bukan hanya janji-janjiNya, tetapi perintah-perintahNya juga memiliki kuasa yang hidup. Pada waktu pertama kali saya menerima perintah Allah, seakan-akan saya merasa tidak berkuasa untuk melaksanakan hal itu. Tetapi kemudian, jikalau saya menerima Firman itu semata-mata sebagai Firman Allah, yang bekerja di dalam orang-orang yang percaya – jikalau saya percaya pada Firman yang memiliki kuasa untuk mengerjakan sesuatu dan percaya pada Allah yang hidup yang memberi kuasa itu – perintah itu akan menimbulkan di dalam diri saya keinginan dan kuasa untuk taat. Apabila saya memegang teguh perintah itu, Firman itu akan mengerjakan di dalam diri saya keinginan dan kehendak untuk taat; Firman itu mendorong saya ke arah keyakinan, bahwa saya pasti dapat mengerjakan apa yang diperintahkan Bapa kepada saya. Firman itu menimbulkan iman dan ketaatan. Ketaatan orang Kristen adalah ketaatan oleh sebab iman. Saya harus percaya bahwa melalui Roh Allah saya berkuasa untuk melaksanakan apa yang dikehendaki Allah, karena di dalam Firman itu kuasa Allah bekerja di dalam saya. Firman, sebagai perintah Allah yang hidup dan mengasihi saya, merupakan kekuatan saya.
Sebab itu, belajarlah untuk menerima Firman Allah dengan penuh kepercayaan. Meskipun pada mulanya saudara tidak mengerti, janganlah saudara berhenti merenungkannya. Firman itu mempunyai kuasa yang hidup di dalamnya; Firman itu memuliakan dirinya sendiri. Meskipun saudara merasa tidak mempunyai kuasa untuk percaya atau taat, Firman itu hidup dan kuat. Terimalah dan peganglah Firman itu dengan teguh; Firman itu akan melaksanakan tugasnya dengan kuasa Ilahi. Firman itu membangkitkan dan menguatkan iman serta ketaatan.
More aboutKUASA FIRMAN ALLAH

PANGGILAN KRISTIANI

Posted by Selamat Datang di GBI Kudus on

Ketika kita pertama kali menerima Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat kita, sejak itu perjalanan rohani kita dimulai. Segala yang lama (sifat lama, manusia lama, kedagingan), semua turut mati di kayu salib bersama Kristus. “Aku telah disalibkan dengan Kristus” (Galatia 2:19b). Sekarang kita menjadi ciptaan yang baru (II Korintus 5:17). Dan puncak perjalanan rohani kita adalah tahta Bapa, yaitu mengalami hidup di dalam otoritas pemerintahan Bapa di dalam dunia ini untuk membuat KerajaanNya nyata di bumi ini. “Dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga” (Efesus 2:6)
Tujuan Allah semula menciptakan manusia adalah supaya manusia berkuasa atas seluruh ciptaan Allah yang lainnya (Kejadian 1:26). Allah ingin kehadiran manusia dapat mewakili Allah di bumi ini, untuk mengatur bumi dalam keteraturan Ilahi, sehingga bumi ini dapat menunjukkan kemuliaan Sang Pencipta, yaitu Allah.
Karena dosa, Adam pertama gagal melakukan panggilan Allah. Tapi Adam kedua; yaitu Yesus, Ia berhasil. Dan kita yang percaya pada Yesus, kita telah mewarisi rohNya. Karena itu, di dalam kita ada potensi Ilahi yang memampukan kita untuk dapat memenuhi tujuan Allah semula dalam menciptakan manusia, yaitu untuk memerintah/ berkuasa atas bumi supaya bumi ada dalam keteraturan Ilahi. “Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.” (Mazmur 37:29). Ini adalah panggilan kita.
Kekristenan adalah: Kristus menjalani hidup sehari-hari lewat hidup kita. Kalau dulu Yesus hidup di bumi ini lewat tubuhNya sendiri. Tapi sekarang Yesus hidup di bumi ini lewat tubuh/ hidup kita, orang-orang percaya. Karena kita telah menerima RohNya. “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (I Korintus 3:16).
Bagaimana dapat memasuki tahta Kristus, atau bagaimana dapat memenuhi panggilan Kristiani untuk dapat hidup mewakili Allah di bumi ini? Caranya:

1. Harus Menang.

“Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (Wahyu 3:21).
Rahasia untuk dapat menang adalah taat. Dengar Firman Tuhan, taati. “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” (Wahyu 3:22).
Di dalam Wahyu 3:14-22, berisi teguran untuk jemaat Laodikia. Jemaat Laodikia dicela Tuhan, mereka masih tetap melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, tapi roh mereka suam, tidak ada kobaran roh. Karena itu Allah menegor mereka (Wahyu 3:15-17). Allah berfirman kepada mereka, memberi jalan keluar bagi mereka, itu sebagai wujud kasih Allah kepada jemaat di Ladokia (Wahyu 3:18-19). Ada sesuatu yang harus mereka lakukan, tugas mereka adalah taat, supaya mereka dapat menang dan duduk bersama-sama dengan Dia di atas tahtaNya (artinya: hidup di bumi ini dalam otoritas Allah).

2. Memiliki Otoritas.

“Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” (Roma 5:17)
Mereka yang menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran akan hidup dan berkuasa. Hidup dan berkuasa, artinya: akan memerintah bagaikan raja dalam hidup ini. Syaratnya adalah: penuh kasih karunia dan anugerah kebenaran. Supaya dapat penuh kasih karunia dan kebenaran adalah: hidup menyatu dengan Firman, atau Firman menjadi daging, atau mentaati Firman. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1:14).
Otoritas Ilahi yang kita terima, sebanding dengan ketaatan kita terhadap Firman. Yesus taat kepada Bapa, Ia taat sampai mati, itulah sebabnya, Ia menerima otoritas yang penuh dan di dalam namaNya – nama Yesus – bertekuk lutut segala yang ada di langit, di atas bumi dan segala yang ada di bawah bumi (Filipi 2:8-11).
Jika ingin hidup penuh otoritas Ilahi di bumi ini, caranya adalah: dengar Firman taati! Dengan otoritas Ilahi itu, kita dapat memenuhi panggilan Ilahi.
More aboutPANGGILAN KRISTIANI

MENGISI KEMERDEKAAN

Posted by Selamat Datang di GBI Kudus on

Para pahlawan berjuang sedemikian rupa untuk dapat membebaskan bangsa kita dari para penjajah. Mereka berkorban jiwa dan raga untuk merebut kemerdekaan. Dan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia merdeka. Sebagai bangsa yang sudah merdeka, sekarangpun kita tetap berjuang, bukan untuk merebut kemerdekaan, tapi berjuang untuk mengisi kemerdekaan. Itu yang seharusnya dilakukan oleh rakyat Indonesia. Tapi tidak semua rakyat Indonesia mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal membangun, tapi ada juga yang mengisinya dengan sembarangan. Kita sudah dimerdekakan oleh darah Yesus. Kemerdekaan ini kita terima dengan iman, bukan hasil usaha kita. Sekarang kita berjuang bukan supaya dapat merdeka, tapi untuk mengisi kemerdekaan. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”(Roma 6:3-4). Kita yang percaya kepada Dia; ketika Yesus mati, kitapun turut mati; ketika Yesus dikubur, kitapun turut dikubur; ketika Yesus bangkit, kitapun turut bangkit!
Seorang budak, jika ia mempunyai tuan yang kejam, ia akan menderita sepanjang hidupnya. Hanya ketika ia mati, seorang budak akan merdeka dan terbebas dari tuannya. Ingat: ketika Yesus mati, kitapun turut mati. Yesus telah memerdekakan kita dari hidup yang lama; dari sifat dosa; dari perbudakan dosa. “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Sekarang kita hidup dalam hidup yang baru, bukan lagi aku sendiri yang hidup, tetapi melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Galatia 2:20). Dahulu iblis adalah tuan kita, sekarang Kristus adalah majikan kita. kita bukan lagi hamba dosa, tapi hamba kebenaran (Roma 6:22).
“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 5:1). Kristus telah memerdekakan kita, jangan mau lagi diperhamba atau diperbudak lagi oleh dosa, hawa nafsu, kedagingan, nilai-nilai hidup yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Tapi kita harus menyerahkan hidup kita sebagai hamba kebenaran (Roma 6:19).
Paulus; sebelum bertobat ia bernama Saulus, ia adalah sang penganiaya jemaat Allah (Kisah Rasul 8:1-3). Setelah ia diselamatkan, ia merasa dosanya yang banyak diampuni (I Korintus 15:9). Karena ia merasa banyak menerima pengampunan, maka inilah yang Paulus lakukan bagi Kristus. “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3:13-14). Paulus melupakan apa yang ada dibelakangnya, trauma masa lalunya yaitu rasa bersalah karena telah menjadi penganiaya jemaat. Ia memfokuskan perhatiannya dan berlari-lari (gigih) mengejar panggilan sorgawi. Paulus mengisi kemerdekaan dengan berbuah bagi kemuliaan Kristus. “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Filipi 1:22).

Mengisi Kemerdekaan :

1. Mengabdi kepada Sang Raja, yaitu Kristus.
“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (II Korintus 5:15). Dahulu iblis adalah tuan kita, sekarang Kristus adalah majikan kita. Kita dimerdekakan untuk mengejar panggilan Ilahi.
Ada hal-hal yang menghambat pengejaran kita kepada panggilan Ilahi, yaitu beban dan dosa. Hal ini membuat kita tidak efektif bagi Kerajaan Allah. “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” (Ibrani 12:1). Beban tidak dosa, tapi beban itu menghambat kita dan suatu ketika hal itu akan menjadi dosa, karena fokus kita sudah dibelokkan, bukan kepada kepentingan-kepentingan Kerajaan Allah. Adakah beban dalam hidupmu yang menghambat pengejaranmu kepada panggilan Ilahi?
Panggilan Ilahi adalah hidup mengabdi kepada Sang Raja, artinya:
• Mentaati Dia.
Hanya anak-anak Tuhan yang taat yang dapat menghentikan dosa. Karena otoritas dan kuasa yang Tuhan berikan kepada kita sebanding dengan ketaatan kita kepada Allah. Yesus telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, itulah sebabnya Allah meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama diatas segala nama (Filipi 2:8-9).
Iblis selalu membelokkan kita untuk mengkompromikan kebenaran guna menyelamatkan diri
Kita taat, karena kita mengasihi Dia, karena Dia telah memerdekakan kita. kegiatan agama, pelayanan tidak dapat menggantikan ketaatan kita kepada Tuhan.

• Bersekutu dengan Dia.
Dalam persekutuan kita dengan Dia, bukan hanya untuk menikmati kehadiranNya, tapi untuk dapat menangkap kerinduan-kerinduanNya dan berusaha untuk mewujudkannya.

• Mewujudkan keinginan hatiNya.
Tujuan Allah dari semula menciptakan manusia adalah supaya manusia mewakili Allah mengatur bumi dalam keteraturan Ilahi (Kejadian 1:26). Untuk itu Allah memberikan otoritas kepada manusia, tapi karena dosa, otoritas itu diambil oleh iblis, sehingga iblis menjadi illah zaman ini dan dunia berada di bawah kuasa si jahat (I Yohanes 5:19). Tapi dengan kematian dan kebangkitan Kristus, otoritas yang dipegang iblis itu diambil oleh Kristus dan diberikan kepada kita yang percaya kepadaNya. Dengan kuasa itu, Allah ingin kita mengatur bumi ini sehingga keteraturan Ilahi tercipta di sekeliling kita. Dengan kuasa itu, kita hancurkan pekerjaan iblis dan mengembalikan iblis pada posisi yang seharusnya, yaitu di bawah kaki kita! (Roma 16:20, I Yohanes 3:8).

2. Melayani sesama (mengasihi sesama).
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34) Tuhan memberikan kepada kita perintah : untuk kita mengasihi sesama seperti Kristus mengasihi kita.
Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mengasihi kita (Roma 5:8), dibuktikan dengan kematianNya di kayu salib. Ketika kita bersalah, Kristus menunjukkan kasihNya dengan Ia menegor kita (Ibrani 12:5-6). Ketika kita lemah, Ia memberikan dukunganNya (Yesaya 41:10). Semua itu Kristus lakukan karena Ia mengasihi kita. Kitapun harus mengasihi saudara kita seperti Kristus telah mengashi kita. “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Galatia 5:13).
Di dalam kita mengasihi sesama, kita harus menerapkan kebenaran Firman Tuhan. Bukti kasih, yaitu kita harus berani menegor yang salah, menguatkan yang lemah dan membenahi kehidupan sesama yang tidak benar (baca warta 2 Minggu yang lalu).

Apa yang telah kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan yang telah Kristus berikan? Jangan cepat puas dengan apa yang telah engkau lakukan bagi Kristus. Teruslah berlari mengejar panggilan Ilahi. Tuhan ingin kita makin efektif berdampak lebih luas lagi bagi KerajaanNya, membawa terang (memberi harapan dan menunjukkan arah) bagi sekeliling kita
More aboutMENGISI KEMERDEKAAN