PENYANGKALAN DIRI

Posted by Selamat Datang di GBI Kudus on

”Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24)
Penyangkalan diri merupakan suatu hal yang sering dibicarakan oleh Tuhan Yesus. Beberapa kali Ia menyebutkan hal itu sebagai ciri mutlak yang harus ada pada setiap murid Kristus yang sungguh-sungguh. Ia menghubungkan penyangkalan diri itu dengan hal memikul salib, dan kehilangan nyawa. ”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10:38-39). Kehidupan kita yang lama sangat berdosa dan sampai ke akhirnya tetap demikian, sehingga tidak mungkin mendatangkan kebaikan. Oleh karena itu kita harus menyangkalnya dan mematikannya agar kehidupan yang baru itu, kehidupan dari Allah, dapat menguasai kita dengan leluasa. ”Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.” (Roma 6:6). Biarlah sejak semula orang Kristen bertekad untuk sepenuhnya menyangkal diri sesuai dengan perintah Tuhannya. Dipandang dari luar, hal ini seakan-akan keras sekali, tetapi ia akan mendapati bahwa hal itu merupakan sumber berkat yang tidak terlukiskan.
Biarlah kita yang masih bersifat duniawi ini mengerti akan arti peyangkalan diri. Pada waktu Petrus bercakap-cakap menurut pikiran pengertian duniawi, Tuhan menegur dia: ”Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23) Saudara harus menyangkal diri saudara sendiri dan pikiran saudara. Kita harus berhati-hati agar dalam usaha untuk mengetahui kehendak Allah dalam pengertian kita akan Firman Allah dan doa, kita tidak menipu diri dengan suatu pelayanan kepada Allah yang tidak berada dalam roh dan kebenaran. Sangkallah pikiran saudara yang bersifat duniawi; matikanlah pengertian yang demikian itu. Di dalam ketenangan yang suci berilah tempat pada Roh Kudus; biarlah suara Allah terdengar dalam hati saudara.
Sangkallah kehendak diri saudara sendiri dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Hendaklah saudara meyakinkan diri bahwa dalam segala hal saudara memilih kehendak Allah, dan oleh karena itu setiap keinginan yang tidak sesuai dengan kehendakNya harus dipadamkan. Percayalah bahwa dalam kehendak Allah itu terdapat berkat surgawi. Penyangkalan itu pada mulanya memang terasa berat, tetapi apabila saudara melaksanakannya dengan kesungguhan hati, maka kehendak Allah itu menjadi suatu sukacita yang besar. Biarlah tubuh kita dengan segenap kehidupan kita tetap berada di bawah hukum penyangkalan diri itu. ”Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.” (Roma 6:13)
Sangkallah juga kehormatan bagi diri sendiri. Jangan mencari kehormatan bagi diri sendiri, tetapi carilah kehormatan bagi Allah. Hal ini akan sangat menenangkan jiwa saudara. Yesus mengatakan, ”Bagaimana kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain?” Meskipun kehormatan saudara dicela atau dihina, serahkanlah hal itu kepada Allah agar Dia sendiri yang mempedulikannya. Hendaklah saudara merasa puas dengan hanya menjadi orang kecil yang tidak berarti apa-apa. ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3)
Demikian juga, sangkallah kekuatan saudara sendiri. Yakinlah bahwa orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak berarti apa-apa itulah yang dipakai Allah. Di dalam melayani Allah biarlah saudara merasa takut akan usaha diri saudara sendiri, betapapun tulusnya usaha tersebut. Walaupun saudara merasa seakan-akan saudara mempunyai kekuatan, di hadapan Allah katakanlah bahwa saudara tidak memilikinya, bahwa kekuatan saudara itu tidak berarti apa-apa. Terus-menerus menyangkali kekuatan diri sendiri merupakan jalan untuk mengalami kuasa Allah. Di dalam hati yang sudah mati terhadap kekuatan diri sendirilah, Roh Kudus tinggal dan menyatakan kuasa Allah. ”Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.” (II Korintus 3:5)
Terutama sekali sangkallah kepentingan diri saudara sendiri. Janganlah hidup untuk menyenangkan diri sendiri, tetapi hiduplah bagi orang lain. Orang yang mencari kehidupan bagi dirinya sendiri, akan kehilangan kehidupan itu; orang yang ingin hidup bagi dirinya sendiri tidak akan mendapatkan kehidupan itu. Tetapi orang yang benar-benar ingin meniru Yesus, ikut serta di dalam kesukaanNya, biarlah ia menyerahkan kehidupannya seperti Yesus. Biarlah ia mengorbankan kepentingan dirinya sendiri. ”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.” (Roma 15:1-2)
Saudara harus memilih, siapa yang akan saudara taati – diri saudara sendiri ataukah Kristus. Kemudian saudara mengatakan, ”Bukan aku, tetapi Kristus.” Sekarang saudara harus meneguhkan pilihan itu setiap hari. Makin saudara melakukanya, makin banyak sukacita dan berkat yang diberikan kepada saudara untuk melawan keakuan saudara sendiri yang penuh dosa itu untuk menyisihkan pekerjaan diri sendiri yang tidak suci, dan menjadikan Yesus semuanya bagi saudara. Jalan penyangkalan diri merupakan jalan menuju berkat sorgawi yang berkelimpahan.
Banyak orang Kristen tidak mendapatkan apa-apa pada jalan ini. Mereka menerima Yesus agar membebaskan mereka dari hukuman, tetapi tidak menerima Dia untuk melepaskan mereka dari diri mereka sendiri, dari kehendak diri mereka sendiri. Tetapi ajakan untuk menjadi murid masih tetap berdengung:”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Matius 16:24)
Alasan dan juga kuasa untuk penyangkalan diri itu terdapat dalam satu kata pendek AKU. ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya...dan mengikut Aku,” Kehidupan yang lama itu terdapat dalam diri kita sendiri, kehidupan yang baru ada di dalam Yesus. Kehidupan yang baru itu tidak dapat berkuasa jika kehidupan yang lama belum lenyap. Jika keakuan seseorang masih berkuasa, maka belum ada kuasa. Kehidupan yang baru akan mengalah. Oleh karena itu sepanjang hari kita harus menyangkal diri dan meniru teladan Yesus. Ia, dengan ajaranNya, kehendakNya, kehormatanNya, dan minatNya harus memenuhi hati kita. Tetapi orang yang sudah memiliki dan mengenal Dia akan bersedia menyangkal dirinya sendiri; Kristus itu begitu indah baginya sehingga ia mengorbankan segala sesuatu, bahkan dirinya sendiri supaya dapat memperoleh Dia. ”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,” (Filipi 3:7-8)
Inilah kehidupan iman yang sebenarnya. Saya tidak hidup menurut apa yang dilihat atau dianggap baik oleh dunia, tetapi menurut apa yang dikatakan dan diinginkan oleh Yesus. Setiap hari dan setiap saya meneguhkan tawaran yang indah ini: ”Bukan aku, tetapi Kristus” – saya ini bukan apa-apa, Kristus yang menjadi semuanya. ”Kamu sudah mati,” dan tidak lagi mempunyai kuasa, atau kehendak, atau kehormatan: ”Kehidupanmu tersembunyi dengan Kristus dalam Allah.” (Kolose 3:3). Hanya kuasa dan kehendak Kristus saja yang terlihat. Saudara-saudara, dengan senang hati sangkallah keakuan diri saudara sendiri yang jahat dan penuh dosa, agar kemuliaan Kristus dapat tinggal di dalam saudara.

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment